Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani |
MuhibbinAbuya.Com - Namanya
tidak asing lagi di dunia Islam. Al A’rif billah, al Quthub al Muhadits al
Mufassir Sayyidil Waalid Abuya Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani
Rohmatullah alaihi abror…
Dakwah dan
perjuangannya dalam ragam jalan tanpa kenal lelah beliau lakukan, torehan
tulisannya pun tersusun apik menjadi beberapa kitab kitab yang mencerahkan
ummat ini.
Karya
monumental beliau sebuah kitab berjudul Mafahim Yajibu an Tushohaha
(Kepamahaman yang harus diluruskan) didedikasikan kepada ummat ini saat mereka
berpaham sempir dan tanpa wawasan keilmuan yang luas dengan begitu mudahnya
menebar status dan tuduhan bid’ah sesat serta khurafat. Kitab tersebut menjawab
beragam tuduhan dengan kesantunan, menepis kesempitan pengetahuan berpikir
dengan wawasan keilmuan dan pengetahuan yang luas, memberi pencerahan kepada
ummat Islam bahkan kepada mereka yang berpaham tidak lurus. Karya-karya
monumental lain pun terpahat rapi dalam jajaran kata pada kitab-kitab beliau
yang lain meluaskan cakrawala pengetahuan ummat Islam seperti; Wa huwa fil
Ufuqul Alaa. (Baginda Rosulullah Shollahu ‘alaihi wasallam kedudukannya di atas
cakrawala), Syaroful Ummah Muhammadiyah (Kemuliaan Umat Nabi Muhammad)
Serta masih
banyak lagi karya-karya lainnya. As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al
Hasani tinggal di tanah suci Mekkah, hidup dalam lingkaran komunitas kaum yang
anti sunnah, akan tetapi dalam langkah beliau kemanapun dan dimanapun dakwah
serta perjuangannya tetap konsisten dalam langkah-langkah penuh keoptimisan
untuk mengibarkan bendera cahaya ahli sunnah wal jama’ah, tetap kokoh dalam
prinsip dan pendiriannya. Maju tak gentar membela yang benar, menghidupkan
sunnah nabi Shollahu ‘alaihi wasallam. Tanpa pernah mengenal rasa takut sedikit
pun. Beliau menghadapi fitnah tuduhan sesat, penyebar bid’ah dan khurafat dan
mengedepankan jalan dialog, seperti yang beliau lakukan mematahkan tuduhan
serta fitnah pada diri beliau dengan argument yang kuat dan shahih kepada
Mantan Hakim Agung Saudi yaitu Syaikh Abdullah bin Mani’, beliau melestarikan
meneruskan dan memperkembangkan visi dan misi para salafus shaleh, seperti ayat
yang tertera dalam al-Qur’an.
تُجَهِدُوْنَ فِى سَبِيْلِ اللهِ
وَلَا يَتَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لآئِمِ
Yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak
takut celaan orang yang suka mencela (QS. Al Maidah ayat 54)
Sebuah kalam hikmah mengatakan:
اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى قَدِيْمِ
الصَالِحْ. وَالاَخْذُ بِجَدِيْدِ الأَصْلَحْ
Menjaga tradisi yang itu bagus. Menggunakan
system yang baru itu lebih bagus
Begitu pula Prod. Dr. Sayyid Muhammad Alawi Al
Maliki Al Hasani melakukan dakwah di tengah tengah era globalisasi hingga ke
manca Negara seperti Eropa, Afrika dan Asia untuk menuangkan kesejukan dan
kedamaian ruhaniyah ummah. Beliau tetesan dan titisan dari keturunan para
shalihin yang mulya hingga nasabnya sampai pada baginda Rosulullah Muhammad
Shollahu ‘alaihi wasallam. Beliau dianugerahi Allah waridat ilmu laduni dan
kasf semasa hidupnya. Suatu ketika ada salah seorang santri masruk, sudah
begitu kangen dengan keluarga di Indonesia, ia begitu sangat ingin pulang.
Sebelum minta izin kepada beliau, setiap jam 12 malam berdo’a pada Allah
disertai tawashul kepada sayyid Alawi (ayahanda Abuya Sayyid Alawi Al Maliki Al
Hasani). Santri tersebut melakukannya selama beberapa malam. Subhanallah,
tau-tau beliau mengatakan pada santri tersebut. “Ada apa engkau berdo’a
dengan bertawassul kepada ayahku setiap malam? Yang berhak memulangkan kamu
bukan ayahku, tapi saya!” Santri tersebut terdiam seribu bahasa,
dibenaknya, Abuya kok bias tahu kalau saya tawasshul dengan sayyid alawi.
Seringkali karomah beliau terlihat akan tetapi beliau selalu menutup-nutupinya
dan mengatakan
لاَ تُخْبِرُ اَحَدَ إِلَا بَعْدَ
الْمَمَاتِ
Jangan
engkau ceritakan pada seorangpun, kecuali setelah aku meninggal.
Hati
beliau lemah lembut tawadhu, wara’ dan zuhud. Allah Subhanahu Wa Ta’ala
memberikan rezki dan harta melimpah, kepada beliau namun yang terlihat adalah
harta dunia berada di tangannya bukan di hati beliau, yang dengan harta
tersebut beliau mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit. Mereka
berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan dan minum tanpa dipungut
biaya seperpun, bahkan beliau memberikan beasiswa kepada santri sebagai uang
saku. Setelah beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke Negara
masing-masing untuk mensyiarkan agama.
Abuya
terlihat sifat dan jiwanya yang karim, mempunyai rasa solidaritas social yang
sangat luar biasa. Beliau seringkali membuat majelis haflah Dzikro Maulidir
Rosul. Khususnya di kediamannya dengan dihadiri ribuan tamu dari dalam dan luar
kota Mekkah, seperti jama’ah haji umroh, tamu tamu dari manca Negara serta para
alim ulama’, bahkan para musyid thoriqoh pun hadir di dalam majelis tersebut.
Mereka yang hadir dalam majelis tersebut tidak diperkenankan meninggalkan
tempat kecuali setelah dipastikan mereka telah menikmati hidangan, dan
masing-masing dari mereka telah menerima berbagai jenis hadiah.
Momen
majelis-majelis ilmu beliau yang diadakan di setiap malam selalu diiringi
qoshidah dan bacaan maulid Nabi Muhammad Shollahu ‘alaihi wasallam, sebab
dengan hal tersebut Beliau menyambungkan ruhaniyah semua yang hadir dalam
majelis tersebut kepada yang mulia junjungan tercinta Rosulullah Muhammad
Shollahu ‘alaihi wasallam. Banyak orang menyebut Sayyid Muhammad Al Maliki
sebagai Al-‘Allamah (seseorang yang sangat mengetahui ilmu agama) atau Ulama
Besar. Bahkan, Syekh Muhammad Sulaiman Faraj, seorang ulama Makkah, menyebutnya
sebagai Al-‘Arifbillah (seseorang yang telah memiliki derajat tinggi di sisi
Allah Subhanahu wa ta’ala). Beliau dianggap sebagai pakar hadits yang disebut
sebagai Al Muwaththa’ berjalan, karena sejak usia 15 tahun telah hafal kitab al
Muwaththa karya Imam Malik. Pada usia 25 tahun beliau meraih gelar doctor ilmu
hadits dengan predikat mumtaz (cumlaude) dan usia 26 tahun beliau dikukuhkan
sebagai Guru Besar Ilmu Hadits para Universitas Ummul Qura, Mekkah dan pada
tanggal 6 Mei 2000 beliau di anugrahi gelar professor dari Universitas Al Azhar
asy Syarif Kairo Mesir. Dengan segala hal keilmuan yang telah dicapai, Sayyid
Muhammad Alawi Al Maliki tidaklah mengalahkan ketawadhuan beliau, hal ini bias
terlihat dari kalam hikmah yang beliau sampaikan,
لاَزِلْتُ إِلَى ألآنَ أَبْحَثُ
عَلَى مَنْ يُعَلِّمُنِى
(Hingga
sekarang, aku tetap mencari orang yang mau mengajariku ilmu agama). Sosok
beliau yang kharismatik sangat amat dikagumi dan dicintai lapisan ummah,
walaupun ada orang yang asalnya benci, begitu bersilaturrahmi di hadapan beliau
maka berbalik menjadi tunduk mengagumi dan mencintainya.
Itulah
diantara (maziah) keistimewaan Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al
Hasani. Semoga Allah ampuni dosa-dosa guru kami Abuya Sayyid Muhammad. Dan
berikan tempat yang istimewa di Surga bersama sama para anbiya’ dan mursalim
khususnya Nabi Muhammad Shollahu ‘alaihi Wasallam, Amin.
Sumber: KH. M.
Said Thowil, Babat