Beliau
adalah salah satu kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala (Waliyullah) yang selalu
memakmurkan waktu-waktunya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
menghiasai dirinya sifat-sifat yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
seperti: Tawadhu’, lemah lembut dalam tutur bicara, santun dalam menjamu tamu
dan beliau adalah orang yang Kasyaf (dapat mengetahui hati seseorang)
Suatu saat
KH. Nur Hasanuddin (Pengasuh Pondok Darus Sa’adah Tumpang Malang) bertamu ke
rumah Al Habib Muhammad Al Habsyi yang berada di jalan Cikampek kota Malang (yang
nanti beliau lebih dikenal dengan sebutan habib cikampek). Untuk pertama
kalinya yang beliau belum pernah kenal Habib Muhammad sebelumya, ketika beliau
mengetok pintu dan dibukakan pintu oleh Habib Muhammad langsung menyambut dan mengatakan
“Marhaban Ya Kyai Muda”. Kemudian pulanglah Ust. Hasan (panggilan akrab KH. Nur
Hasanuddin) dengan banyak pertanyaan. Setelah beberapa hari maka Ustad Hasan
menghadiri majlis dari guru beliau yaitu Al Ustadz Al Habib Alawy bin Salim Al
Aydrus, ketika majelis telah usai datanglah seorang yang kayak dari daerah
Gubuk Klakah (Tumpang Malang) meminta agar salah satu murid beliau bisa
berdakwah di daerah Tumpang, maka diutuslah Ust. Hasan untuk berdakwah di
daerah Tumpang. Disitulah mulai timbul kepercayaan bahwa Al Habib Muhammad Al
Habsyi adalah seorang waliyullah. Sebelum Ustad Hasan berangkat untuk berdakwah
maka kembali berziarah kerumah Habib Muhammad untuk meminta doa, setelah sampai
dirumah beliau Ustad Hasan kembali disambut oleh Habib Muhammad seperti sambutan
pertama kali beliau datang. Kemudian Habib Muhammad Al Habsyi memberikan pesan “Wahai
Kyai Muda disana banyak sekali sihir-sihir, maka ketika kamu masuk daerah sana
kamu baca surat Yaasin 3x InsyaAllah tidak aka nada apa-apa”. Maka
dilaksanakanlah pesan dari Habib Muhammad.
Dalam
kesempatan yang lain Ust. Hasan mengantarkan temannya dari Jawa Barat bernama
Ust. Abdul Mughist yang ingin berziarah dan meminta doa kepada Habaib yang
sepuh di kota Malang. Maka Ust. Hasan mengatakan, “Habib sepuh di Kota Malang
ada dua: 1. Al Ustadz Al Habib Alawy bin Salim Al Aydrus 2. Al Habib Muhammad
bin Abdul Qadir Al Habsyi” Teman Ust. Hasan saat itu bersama dengan istrinya
ketika berziarah karena takut tidak bisa ditemui, maka beliau berdua berangkat
kerumah Al Habib Muhammad Al Habsyi, ketika dijalan KH. Hasanuddin mengatakan
kepada kawannya, “Habib yang akan kita datangi ini adalah Kasyaf, maka kalau
anda memiliki wirid bacalah semua takut nanti di kasyaf”. Setelah sampai di
depan rumah beliau, Ust. Hasan mengetuk pintu setelah dibukakan pintu maka Al
Habib Muhammad menyambut Ust. Hasan dengan ucapan “Marhaban Ya Kyai Muda” (karena
itu adalah julukan yang diberikan oleh Habib Muhammad Al Habsyi kepada Ust.
Hasan), kemudian Ust. Hasan mengutarakan permasalahan temannya kepada Habib
Muhammad Al Habsyi bahwa temannya dan meminta doa serta nasehat-nasehat kepada
Habib Muhammad Al Habsyi bahwa temannya telah diangkat sebagai ketua
pelaksanaan pembangunan masjid di Jawa Barat, maka Habib Muhammad Al-Habsyi
memberi pesan “Wahai Ustadz, sesungguhnya anda harus ikhlas dan sabar dalam
mengemban amanah ini. Ikhlas artinya: ketika sekarang anda sibuk mencari dana
maka anda harus ikhlas, sabar artinya: biasanya kalau masjid itu ketika belum
di bangun maka tidak ada yang mau mengurus, tapi kalau nanti sudah bagus maka
anda harus siap untuk di usir dari jabatan anda”.
Dua tahun
kemudian Ust. Abdul Mughist dari Jawa Barat tadi datang ke Kota Malang untuk
diantarkan kedua kalinya berziarah kerumah Habib Muhammad Al-Habsyi, setelah
dibukakan pintu maka seperti biasa beliau menyambut tamunya kemudian
mempersilahkan tamunya untuk duduk, setelah berbincang-bincang kemudian Ust.
Hasanuddin menyampaikan bahwa masjid yang dibangun di Jawa Barat sudah selesai
dan Ust. Abdul Mughist sekarang sudah dipceat sebagai pengurus masjid tersebut,
menunjukkan kasyafnya Al Habib Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi Radhiyallahu ‘anhu.
Dalam
kesempatan yang lain Ust. Hasanuddin bercerita: seperti biasa beliau bersama
dengan KH. Ihya’ Ulumuddin (Pengasuh Ma’had Nurul Haromain, Pujon) berangkat ke
Pujon untuk mengawasi pembangunan pondok (yang pada saat itu dua tahun telah
selesai pembangunannya) karena belum mendapat izin dari Abuya Sayyid Muhammad
bin Alawy Al Maliki Al Hasani untuk di buka, maka Ust. Hasanuddin menyampaikan
bahwa ada seorang habib yang Wali dan mari kita meminta doa kepada beliau (saat
itu ba’da shubuh). Kemudian Ust. Hasanuddin mengatakan kepada KH. Ihya’
Ulumuddin “Kalau Habib ini wali maka pasti kita akan bertemu dengan beliau di
jalan”. Berangkatlah beliau berdua, setelah sampai didepan jalan raya veteran
Kota malang didapati Al Habib Muhammad Al Habsyi sedang jalan-jalan di pinggir
jalan sambil memagang tasbih yang tidak biasanya seperti itu. Maka bergegaslah
beliau berdua menghampiri Habib Muhammad Al Habsyi, setelah mengucapkan salam
kepada beliau, kemudian Habib Muhammad Al Habsyi bertanya kepada Ust.
Hasanuddin “Mau kemana Kyai Muda?” beliau menjawab “Mau ke Pujon Habib”
kemudian beliau memperkenalkan KH. Ihya’ Ulumuddin kepada Habib Muhammad, “Ini
adalah Ust. Ihya’ Ulumuddin murid dari As Sayyid Muhamad bin Alawy Al Maliki”
Habib Muhammad langsung menjawab “Shohib Makkah?” Ust. Hasan menjawab “Na’am
Habib”. Kemudian Habib Muhammad Al Habsyi memgang dada KH. Ihya’ Ulumuddin dan
membacakan surat Al Insyirah setelah sampai pada ayat Fainna Ma’al ‘Usri Yusro
Inna Ma’al Usri Yusro di ulang 3x dan tidak disempurnakan surat tersebut,
kemudian menyuruh Ust. Hasanuddin dan KH. Ihya’ berangkat, setelah dua hari
kejadian tiba-tiba Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani
menelpon KH. Ihya’ Ulumuddin dan menyuruh beliau untuk membuka pondok pesantren
Nurul Haromain. Ust. Hasanuddin juga mengatakan: Mungkin Al Habib Muhammad Al
Habsyi mengetuk hati Abuya Al Maliki agar memberikan izin kepada KH. Ihya’
Ulumuddin untuk membuka ponpes Nurul Haromain.
Dari kisah
diatas kita dapat mengambil pelajaran bahwa hubungan Abuya Sayyid Muhammad bin
Alawy Al Maliki Al Hasani dengan para Auliya’ dan Sholihin dipenjuru dunia
sangatlah dekat, ini dibuktikan dari jarak yang begitu jauh antara kota Malang tempat
Habi Muhammad bin Abdul Qadir Al Habsyi Radhayallahu
‘anhu dengan Makkah Al Mukarramah template Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al
Maliki Al Hasani Radhayallahu ‘Anhu dan ini juga menunjukkan kedudukan para
Auliya’ Allah Subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkan jarak dan waktu untuk
saling berkomunikasi karena mereka adalah hamba-hamba pilihan Allah Subhanahu
wa ta’ala
Disarikan
dari ceramah KH. Nur Hasanuddin (Pengasuh Pondok Pesantren Darus Sa’adah, Gubuk
Klakah Tumpang) dalam acara Haul Almarhum Al Habib Al Barakah Muhammad bin
Abdul Qadir Al Habsyi Radhayallahu ‘anhu (Habib Cikampek Malang)