Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani juga pernah bercerita bahwa sekali waktu, beliau menghadiri undangan peresmian rumah baru dari salah satu muhibbin beliau di Kota Madinah. Cerita ini sudah lama terjadi, sebelum al-faqir mendapatkan kehormatan untuk mengabdi kepada beliau.
Walhasil, di waktu dan hari yang telah ditentukan, Abuya berangkat menghadiri acara tersebut. Seperti biasanya, beliau hadir dengan mengajak sebagian santrinya secara bergiliran, kecuali mereka yang berperan sebagai Muqri’ (Juru Qira’ah) atau Munsyid (Juru Qasidah), yang kedua lebih sering diajak oleh beliau dibandingkan santri-santri lainnya. Entah kenapa, saat itu beliau tidak mengajak santri yang ahli qira’ah, entah karena factor lupa atau memang santri yang bersangkutan sedang tidak ada, Wallalhu ‘alam.
Mendengar bacaan surah itu, para hadirin tercenggang kaget. Tentu saja, Abuya dibuat malu dengan kejadian itu. Namun, di sela-sela si santri membaca surah tersebut, beliau menyiapkan jawaban penyelamat untuk mengatasi kondisi yang memalukan itu. Setelah si santri selesai membacanya, Abuya kemudian mengambil mikrofon dan langsung berceramah. Dalam ceramahnya itu, beliau menyinggung tentang bacaan Al-Qur’an si santri tadi. Beliau berkata, “bacaan anak tadi sangatlah tepat dengan acara peresmian rumah ini, dan sangat cocok untuk konteks ini. Dengan membaca tiga surat Al-Mu’awwidzat tersebut ia berlindung kepada Allah subhanu wa ta’ala dan sekaligus berdoa kepada-Nya untuk shahibul bait agar diselamatkan dari gangguan manusia yang jahat dan hasud, serta diselamatkan dari godaan setan yang terlaknat, sehingga ia dapat hidup tenang dan bahagia di rumah barunya ini”. Para hadirin merasa puas dengan penjelasan yang dipaparkan oleh Abuya, dan si shahibul bait pun merasa senang dan bahagia.
Sumber: Majalah Mafahim Edisi 36 Halaman 56
Oleh: Habib Musthofa bin Husain Al Jufri