Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani |
Senjatamu adalah tahajjud, sedang pencari ilmu senjatanya adalah buku dan bolpoin. Maka seorang penuntut ilmu semestinya tidak sembarangan memakai pulpen. Jika memungkinkan seharusnya kita selektif dalam mencari pulpen, jangan memakai pulpen murahan. Sehingga tulisan baru berusia tiga tahun sudah luntur dan sulit dibaca. Jika perlu pakai pentul (pen tutul). Lebih awet. Bahkan jika memungkinkan maka seharusnya menulisi hanya pada satu sisi buku saja untuk menghindari rusaknya buku ketika sudah tua usianya.
Abuya selalu mengajarkan para santri untuk senantiasa bercengkrama dengan polpen, buku dan tasbih di saku, sebagai sebuah cara pembiasaan untuk berdzikir dan menulis. Tidak apa kalupun yang ditulis bukun ilmu melainkan hanya pengalaman dan hal-hal kecil lain yang dia alami. Seperti yang dilakukan abuya saat masih kuliah yang selalu menulis semua pengalaman beliau dari pagi hingga malam.
Ustadz Syihab yang merupakan santri didikan Abuya bahkan menekankan para santri agar mengusahakan diri untuk memiliki 1 tasbih (sekalian yang mahal) dan digunakan berdzikir pada Allah hingga anak cucu. Begitu juga dengan Al-Qur’an yang kit abaca secara khusus secara istiqomah, jangan gonta-ganti, sebab siapa tahu bisa menjadi saksi kita kelak. Abuya sendiri mempunyai tongkat yang beliau pakai selama 15 tahun meski akhirnya hilang di bandara. Abina KH. Ihya’ Ulumuddin juga mempunyai sorban yang sudah lama dipakai dari Abuya. Sebuah pelajaran tentang istiqomah.