MuhibbinAbuya.Com - Cerita bermula dari Sayyid Alawi, Sayyid Alawi dari Ayahandanya Sayyid Abbas Al-Maliki Al-Hasani. Ketika Sayyid Abbas Al-Maliki Al-Hasani menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad ﷺ di Baitul Muqaddas Palestina.
Beliau terheran-heran menyaksikan seorang pria tua beruban yang terus-menerus berdiri sejak awal pembacaan maulid sampai acara selesai.
Sayyid Abbas pun memanggilnya, "Duhai tuan, apa yang Anda lakukan, mengapa Anda berdiri sejak awwal Maulid sampai acara pembacaan Maulid selesai ?”
Lalu ia menjawab,
"Dulu saya pernah berjanji saat menghadiri sebuah Maulid Nabi Muhammad ﷺ untuk tidak berdiri hingga acara selesai, termasuk saat Mahallul-Qiyam, moment disaat para jamaah berdiri serentak sebagai tanda penghormatan kepada Baginda Rasulullah Muhammad ﷺ , sebab menurutku hal itu adalah bid’ah sayyi'ah (bid'ah yang jelek),” katanya.
Namun tiba-tiba, -- kata orang itu kepada Sayyid Abbas--, suatu malam saya bermimpi menghadiri dan duduk di majelis maulid Nabi Muhammad ﷺ bersama jamaah yang bersiap-siap menunggu kehadiran Nabi ﷺ, maka pada saat Rasulullah ﷺ hadir, para jamaah pun bangkit berdiri untuk menyambut kehadiran Nabi ﷺ. Pada saat itu aku menyaksikan Rasulullah ﷺ Melewatiku dan Berkata, “Kamu tak usah berdiri, kamu duduk saja di tempatmu."
“Aku pun ingin berdiri namun terasa berat dan susah sekali."
"Sejak saat itulah aku sering sakit dan bahkan organ-organku bermasalah. Sehingga aku bernadzar, jikalau Allah ﷻ menyembuhkan penyakitku maka aku berjanji setiap ada maulid aku akan berdiri dari awal maulid hingga akhir. Dan Alhamdulillah, dengan izin Allah ﷻ aku diberikan kesembuhan."
Sayyid Abbas pun mempersilakan orang tersebut melaksanakan nadzarnya.
Wahai Sahabatku...
KELAHIRAN NABI MUHAMMAD ﷺ ADALAH NIKMAT YANG TERBESAR
ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬٰﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮْﺍ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮْﻥَ
“Katakanlah, dengan Kurnia Allah dan Rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah ﷻ dan Rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS. Yunus:58 )
Dalam ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan kepada kita agar bergembira dengan Anugerah dan Rahmat-Nya, sedangkan Nabi Muhammad ﷺ adalah Anugerah dan Rahmat terbesar yang diberikan oleh Allah ﷻ.
ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎﻙَ ﺇِﻻَّ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﻟِﻠْﻌَﺎﻟَﻤِﻴْﻦَ
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) Rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiya’:107 )
Rasa senang dan gembira ini sebagaimana yang telah Nabi Muhammad ﷺ contohkan sendiri dengan cara berpuasa pada hari Kelahiran Beliau.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ ﺍْﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﺍْﻹِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻓِﻴْﻪِ ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻲَّ » (ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ)
Diriwayatkan dari Abû Qatâdah Al-Anshâri: “Bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka Beliau Menjawab, "Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (HR. Muslim:1978)
Wallahu A'lam Bishshawabb.
Referensi:
- Kitab Al-Hadyu At-Taam Fi Mawaarid Al-Maulid An-Nabawi, hal 50-51, karangan Syaikh Muhammad Ali bin Husain Al-Maliki Al-Makki
- Dikisahkan pula oleh Habib Jailani Asy-Syathiri, berasal dari Sayyid Muhammad, dan Sayyid Muhammad dari Ayahandanya Sayyid Alawi, dan Sayyid Alawi dari Ayahandanya Sayyid Abbas Al-Maliki Al-Hasani.